Selasa, 26 Februari 2013

Makalah Lempar Lembing



BAB I
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG MASALAH
Lempar adalah salah satu bagian yang terdapat dalam olahraga atletik yang selalu diperlombakan. Baik dalam penyelenggaraan pesta-pesta olahraga yang bersifat nasional, internasional maupun dalam kejuaraan atletik itu sendiri. Dalam cabang olahraga atletik, istilah yang digunakan untuk setiap cabang olahraga disebut "nomor". Seperti nomor jalan dan lari, lompat dan lempar.
Nomor lempar merupakan salahsatu nomor yang telah diperlombakan sejak berlangsungnya olimpiade kuno di yunani. Kira-kira 779 sebelum masehi yaitu untuk nomor lempar cakram dan lempar lembing. Lempar atau melempar adalah merupakan salahsatu dari aktifitas pengembangan kemampuan gaya gerakan. Yaitu untuk melakukan suatu bentuk gerakan dengan anggota geraknya secara lebih terampil (manipulasi) atau saring juga dikatakan dengan ketrampilan manipulatif.
Untuk dapat melakukan suatu lemparan yang diinginkan, untuk meningkatkan prestasi optimal, si pelempar dan pelatih terlebih dahulu harus memahamu dan menguasai unsur-unsur pokok (basic fundamentalis)nya untuk nomor lempar tersebut. Yang dimaksud dengan unsur-unsur pokok adalah :
·      Harus dapat membangun body momentum yang sebenarnya.
·      Harus dapat mengembangkan momentum-momentum tersebut dengan tenaga badan yang sebesar-besarnya melalui suatu jarak waktu maksimum pada lintasan titik berat badan yang seproduktif mungkin.
Karena kecepatan suatu alat yang dilemparkan atau ditolakan ditentukan oleh jarak antara titik permulaan dan titik pelepasan dari alat yang dilemparkan atau ditolakan tersebut sejauh-jauhnya dengan waktu yang sesingkat-singkatnya ( Hukun Newton II ).


Nomor lempar dibagi menjadi 4 yaitu :
·      Tolak peluru (shot put)
·      Lempar lembing (javelin throw)
·      Lempar cakram (discus throw)
·      Lontar martil (hammer throw)
Lempar lembing merupakan olahraga perorangan yang termasuk nomor lempar dalam atletik. Tujuan melakukan lomba lempar lembing adalah dapat melakukan lemparan sejauh-jauhnya. Agar dapat melakukan lemparan dengan benar dan menghasilkan lemparan yang sejauh mungkin maka harus menguasai teknik-teknik dasarnya terlebih dahulu.
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, penulis dapat mengidentifikasi beberapa masalah, diantaranya:
1.    Bagaimana sejarah lempar lembing?
2.    Bagaimana teknik lempar lembing yang baik dan benar?








BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.  Sejarah Lempar Lembing
Di zaman dahulu lemparan dilakukan dengan berbagai cara: dari berdiri, dengan ancang-ancang, dengan satu dan dua tangan, terhadap suatu sasaran dan demi jaraknya. Dari lembing ringan untuk berburu pada bangsa-bangsa yang masih primitive, tombak berat untuk berperang diseluruh dunia, dan lembing dari Abad Pertengahan selama berabad-abad, terbentuklah lembing untuk perlombaan seperti sekarang. Lembing lama dari kayu dengan ujung dari besi dan sosok untuk membawa, diganti dengan kayu ringan dari Swedia, dan ini terdesak lagi oleh lembing modern dari logam dan serat kaca (fiberglass).
Selama berpuluh tahun lempar lembing dijuarai oleh para pelempar dari Finlandia. Dari 1914 sampai 1938 rekor dunia hamper hanya diperbaiki oleh atlet Finlandia, keseluruhannya dengan lebih dari 16 meter. Contoh yang baik dalam tradisi lempar lembing Finlandia ialah keluarga Jarvinen: Papa Jarvinen dalam Olimpiade tahun 1908 menjadi juara ketiga dalam lempar cakram, dan antara 1903 dan 1906 dua kali memperbaiki rekor dunia. Kemudian sebagai pelatih ia membawa tiga orang dari anak-anaknya sampai ke puncak prestasi. Anak bungsunya, Kalle, menjadi juara Finlandia dalam tolak peluru. Achilles menjadi juara dunia dan pemenang medali perak dalam dasalomba; dan Matti, yang tertua, antara 1930 dan 1936 memperbaiki rekor dunia dalam lempar lembing dari 71,57 menjadi 77,32 meter. Pada tahun 1932 ia menjadi juara Olimpiade di Los Angeles.
Lempar lembing diikutsertakan dalam peserta olimpiade sejak tahun 1908 sebagai nomor perorangan untuk putra dan putri, sekarang nomor ini dimasukkan dalam dasalomba dan sapta lomba. Dua perkembangan telah mempengaruhi pelaksanaan lempar lembing. Yang pertama adalah usaha untuk menggunakan putaran jenis cakram untuk melempar. Walaupun metode ini menghasilkan jarak yang baik, namun seringkali tidak diperbolehkan, peraturan melarang atlet membelakangi arah lemparan. Dengan demikian, peraturan ini telah memantapkan jenis lempar lembing tradisional.
Perkembangan kedua dihasilkan dari peningkatan jarak yang luar biasa (melebihi 100 meter) pada lemparan putra. Pembuat peraturan yang khawatir seringkali mengubah ukuran lembing, dan secara perlahan mengurangi jarak lemparan lembing putra. Tidak ada perubahan pada nomor putri.
Pada tahun 1953 terjadi kehebohan besar di antara para pelempar lembing kaliber dunia. Seorang spanyol yang sama sekali tidak terkenal, bernama Erazquien, telah melempar lembing lebih dari 90 meter, pada waktu itu suatu jarak impian. Suatu teknik baru memungkinkan pelempar lembing tersebut dapat mencapai lemparan sejauh itu. Alih-alih ancang-ancang lurus seperti biasa, Erazquien berputar tiga kali dan melemparkan lembingnya dengan sabun lunak untuk memperbaiki daya luncurnya.
Tetapi, “teknik spanyol” yang baru itu segera oleh IAAF (Federasi Atletik Amatir Internasional) dilarang karena pelempar tidak selalu dapat mengontrol lembingnya, dan karenanya membahayakan penonton. Selain itu, tentunya juga harus disediakan stadion-stadion baru, sebab dengan teknik baru itu dapat diharapkan lemparan sampai sejauh 130 meter. Atlet Hongaria, Ferenc Faragi, pada rekor dunianya tahun 1980 berhasil melemparkan lembingnya sejauh 96,72 meter, suatu kemajuan hebta terhadap rekor-rekor pertama setelah lembing dibakukan dengan panjang 2,60 m dan berat 800 gram.

B.  Teknik Lempar Lembing
Sudah pada permulaan abad ini diketahui bahwa ancang-ancang, memegang lembing kebelakang, dan langkah penghubung, membawa pelempar ke dalam posisi menguntungkan. Langkah penghubung antara ancang-ancang dan lemparan, yang disebut langkah pendorong (yang dulu masih disebut langkah silang), dikembangkan oleh orang Swedia dan Finlandia. Langka itu menguntungkan bagi kecepatan dan pelempar sampai dengan tungkai dan pingganganya sebelum lembing. Dalam pada itu, sisi lemparnya dengan lengan terentangnya secara kendur, jauh ketinggalan. Prinsip dasar teknik ini masih memberikan peluang bagi variasi perseorangan. Walaupun demikian, pada teknik lempar lembing modern tidak banyak berubah. Hanya pada persiapan lemparan dengan lengan lempar, tegangan tubuh, dan ancang-ancang terdapat perbedaan antara teknik caliber dunia sekarang dan teknik 50 tahun lalu. Maka itu, kemajuan prestasi yang eksplosif juga bukan karena perbaikan teknik, melainkan karena kondisi pelempar dan perkembangan materialnya.



1.    Cara memegang lembing
Lembing dipegang di sisi belakang lilitan. Dengan itu dimungkinkan pengalihan tenaga yang menguntungkandibelakang titik berat; selain itu, jari mempunyai tempat pegangan lebih baik. Dibedakan tiga macam pegangan lembing:
1.    Cara Finlandia dilakukan dengan cara memegang lembing pada bagian belakang lilitan lembing dengan jari tengah dan ibu jari, sementara telunjuk berada sepanjang batang lembing dan agak serong ke arah yang wajar, jari-jari lainnya turut melingkar di badan lembing dengan longgar. Ini adalah pegangan yang paling banyak digunakan, sebab dengan pegangan demikian lembing dapat diarahkan dengan baik.
2.    Cara Amerika dilakukan dengan cara memegang lembing dibagian belakang lilitan lembing dengan jari telunjuk melingkar di belakang lilitan dan ibu jari menekannya di bagian permukaan yang lain, sementara itu jari-jari turut melingkar di badan lembing dengan longgar. Dengan pegangan ini, pada waktu pelemparan dapat cepat terjadi penyimpangan lembing ke samping, yang sudah tentu merupakan kesalahan.
3.    Pada yang disebut “pegangan tang”, lembing dipegang di antara telunjuk dan jari tengah (foto 4). Dengan pegangan ini dicegah terjadinya luka pada siku, karena pelencangan terlalu besar pada sendi itu menjadi terhalang (“pegangan kesehatan”). Tetapi lilitan tipis seperti yang diharuskan, sering menyebabkan masalah pada waktu pelemparan.



2.    Cara membawa lembing
Membawa lembing adalah cara membawa dimulai saat mengambil awalan sampai saat akan melempar.
·      Tangan pembawa lembing lurus ke belakang serong ke bawah, lembing dipegang di samping badan segaris dan menempel pada lengan sedangkan ujung lembing di samping dada.
·      Tangan pembawa lembing ditekuk 900 , lembing dipegang setinggi telinga dan tepat di atas bahu. Posisi lembing bisa horizontal, serong ke atas atau bawah.
·      Tangan pembawa lembing diangkat sedikit lebih tinggi dari kepala. Posisi lembing mendatar atau serong.
3.    Beberapa hal yang harus di perhatikan dalam lempar lembing
Beberapa Hal Yang di Sarankan
·      Memegang lembing sepanjang jalur lengan
·      Melebarkan langkah terakhir dan membengkokkan secara perlahan-lahan tungkai kanan
·      Berlari lurus selama melakukan awalan
·      Bawalah berat badan melewati tungkai belakang
·      Dapatkan sebuah pilihan antara tubuh bagian atas dan bagian bawah (bahu kiri dalam posisi tertutup)
·      Luruskan lengan lempar dan telapak tangan lempar dalam posisi menghadap keatas
·      Langkahkan tungkai kiri jauh ke depan dan cakarkan
·      Busungkan badan dalam posisi lempar dan bawalah sikut keatas sewaktu melakukan lemparan.
Beberapa Hal Yang Harus di Hindari
·      Memegang lembing dengan kepalan tangan penuh (menggenggam)
·      Meloncat ke atas pada langkah terakhir
·      Melakukan dua kali atau lebih langkah silang
·      Membawa ke dua bahu menghadap kedepan
·      Pinggul di tekuk sehingga badan membungkuk ke depan
·      Membengkokkan lengan lempar pada saat mulai melakukan lemparan
·      Penempatan kaki depan di tanah terlalu jauh ke kiri
·      Melempar berputar melalui samping kanan badan
4.    Gaya melempar Lembing
Untuk melakukan suatu lemparan diperlikan gaya, yang dimaksud dengan gaya adalah sikap atlet dalam melakukan lemparan. Dalam lempar lembing dikenal dua macam gaya melempar, yaitu :
a.    gaya menyamping (Hop step)
b.    gaya langkah silang (cross step)
Ø Langkah silang (cross step) sebelum melempar
Langkah silang merupakan gaya lempar lembing yang sering digunakan oleh atlet pelempar lembing. Gaya cross step ini berasal dari Finlandia sehingga banyak yang menyebut dengan lempar lembing gaya Finlandia. Cara lempar lembing gaya Finlandia adalah sebagai berikut, setelah langkah awalan terakhir lakukan langkah silang :
a.    langkahkan kaki kanan ke depan menyilang kaki kiri. Bersamaan itu tangan kanan memegang lembing kemudian turunkan dan serong ke bawah.
b.    Langkahkan kaki kiri ke depan dengan tetap mempertahankan sikap tangan kanan.
c.    Lankahkan kaki kanan ke depan menyilang kaki kiri.
d.   Lankahkan kaki kiri ke depan selebar mingkin saat telapak kaki tepat menginjak tanah, putar pinggan ke depan bersamaan tangan kanan ditarik ke depan atas.




Ø Lentingan badan dan tangan saat melempar
Cara melakukannya adalah :
a.    Sikap terakhir langkah silang merupakan kelanjutan untuk lempar atau sikap melempar.
b.    Jika pelempar menggunakan tangan kanan, kaki kanan di luruskan ke belakang, kaki kiri berada di depan dan lutut ditekuk.
c.    Siku tangan pembawa lembing ditekuk dan diteruskan memutar badan secara cepat untuk memperoleh lemparan yang baik dan sejauh-jauhnya.
d.   Bersamaan dengan memutar badan ke arah sektor lemparan, lembing dilemparkan dengan cepat.
Ø Sikap akhir setelah melempar
Gerak ikutan atau follow through dilakukan dengn cara :
·      Sikap badan menghadap ke arah lemparan lembing, kaki kanan jatuh ke depan mengganti posisi kiri.
·      Kaki kiri ke belakang menjaga keseimbangan sedangkan tubuh condong ke depan.
Melakukan gerak ikutan dalam lempar lembing bertujuan untuk :
·      membantu kekuatan lemparan.
·      Menjaga keseimbangan agar badan tidak melalui garis batas.
Ø Ukuran dan Lapangan Lempar Lembing
Ukuran Lembing
No
Atlet
Panjang
Berat
Lilitan
1
Putra
260 cm - 270 cm
700 gram - 800 gram
15 cm - 16 cm
2
Putri
220 cm - 230 cm
600 gram
14 cm - 15 cm

Lapangan Lempar Lembing
Sektor Lemparan
 
4 m
 
A
 
B
 
C
 
Keterangan
Ø Lebar awalan = 4 m
Ø Panjang awalan = 30 m - 36,5 m
Ø BC merupakan busur, jari-jari AB=AC=8 m
Ø Lebar garis lurus sisi kanan dan kiri = 11/2 m
Ø Lebar garis lempar = 7 m








DAFTAR PUSTAKA
Jonath, U. (1988). Atletik 2 – Lempar dan Lomba Ganda. Jakarta. PT. Rosda Jaya Putra Offset.
Gerry A. Carr. (1997). Atletik Untuk Sekolah. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
http://media.tumblr.com/tumblr_kuoun2vg0O1qa76ha.jpg

MAKALAH TOLAK PELURU


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cabang olahraga atletik adalah ibu dari sebagian besar cabang olahraga (mother of sport), di mana gerakan-gerakan yang ada dalam atletik seperti: jalan, lari, lompat dan lempar dimiliki oleh sebagian besar cabang olahraga, sehingga tak heran jika pemerintah mengkategorikan cabang olahraga atletik sebagai salah satu mata pelajaran pendidikan jasmani yang wajib diberikan kepada para siswa.
Atletik merupakan unsur olahraga terpenting pada suatu penyelenggaraan olimpiade. Hal ini dikarenakan pengembangan dan peningkatan prestasi olahraga lain dapat dicapai melalui latihan nomor-nomor atletik, khususnya dalam peningkatan kondisi fisik. Nilai edukatif dari cabang atletik dapat dijadikan dukungan dalam pengembangan sumber daya manusia yang potensial di bidang olahraga.
Salah satu nomor pada cabang atletik adalah tolak peluru. Faktor tersebut ada yang bersifat internal misalnya ; bakat, emosi, suasana hati, motivasi dan lain-lain. Sedangkan faktor yang bersifat eksternal diantaranya ; faktor pelatih, sarana dan prasarana, lingkungan dan sosial budaya. Prestasi pada nomor atletik dapat dicapai melalui latihan yang khusus dan teratur dalam jangka waktu yang relatif lama. Potensi yang cocok dengan cabang olahraga yang ditekuninya seperti keadaan fisik, penguasaan teknik dan persyaratan lainnya semestinya dimiliki oleh seorang atlet.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian tolak peluru?
2. Bagaimana tekhnik dalam memainkan tolak peluru?
3. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam olahraga tolak peluru?
4. Peralatan apa saja yang diperlukan dalam olahraga tolak peluru?
5. Berapa ukuran lapangan olahraga tolak peluru?

C. Tujuan
Untuk menjelaskan peraturan yang dan tekhnik yang ada pada olahraga tolak peluru.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tolak Peluru
Tolak peluru adalah salah satu cabang olahraga atletik. Atlet tolak peluru melemparkan bola besi yang berat sejauh mungkin. Berat peluru:
• Untuk senior putra = 7.257 kg
• Untuk senior putri = 4 kg
• Untuk yunior putra = 5 kg
• Untuk yunior putri = 3 kg

B. Teknik Dasar Tolak Peluru
Terdapat beberapa teknik dasar dalam tolak peluru, diantaranya : Teknik Memegang Peluru Ada 3 teknik memegang peluru : Jari-jari direnggangkan sementara jari kelingking agak ditekuk dan berada di samping peluru, sedang ibu jari dalam sikap sewajarnya. Untuk orang yang berjari kuat dan panjang. Jari-jari agaka rapat, ibu jari di samping, jari kelingking berada di samping belakang peluru. Biasa dipakai oleh para juara. Seperti cara di atas, hanya saja sikap jari-jari lebih direnggangkan lagi, sedangkan letak jari kelingking berada di belakang peluru. Cocok untuk orang yang tangannya pendek dan jari-jarinya kecil.
Teknik Meletakkan Peluru Pada Bahu Peluru dipegang dengan salah satu cara di atas, letakkan peluru pada bahu dan menempel pada leher bagian samping. Siku yang memegang peluru agak dibuka ke samping dan tangan satunya rileks di samping kiri badan.
Teknik Menolak Peluru Pengenalan peluru Peluru dipegang dengan satu tangan dipindahkan ke tangan yang lain Peluru dipegang dengan tangan kanan dan diletakkan di bahu dengan cara yang benar Peluru dipegang dengan dua tangan dengan sikap berdiri akak membungkuk, kemudian kedua tangan yang memegang peluru diayunkan ke arah belakang dan peluru digelindingkan ke depan Sikap awal akan menolak peluru Mengatur posisi kaki, kaki kanan ditempatkan di muka batas belakang lingkaran, kaki kiri diletakkan di samping kiri selebar badan segaris dengan arah lemparan. Bersamaan dengan ayunan kaki kiri, kaki kanan menolak ke arah lemparan dan mendarat di tengah lingkaran. Sewaktu kaki kaki kanan mendarat, badan dalam keadaan makin condong ke samping kanan. Bahu kanan lebih rendah dari bahu kiri. Lengan kiri masih pada sikap semula.
Cara menolakkan peluru Dari sikap penolakan peluru, tanpa berhenti harus segera diikuti dengan gerakan menolak peluru. Jalannya dorongan atau tolakan peda peluru harus lurus satu garis. Sudut lemparan kurang dari 40o.
Sikap akhir setelah menolak peluru Sesudah menolak peluru, membuat gerak lompatan untuk menukar kaki kanan ke depan. Bersamaan dengan mendaratnya kaki kanan, kaki kiri di tarik ke belakang demikian pula dengan lengan kiri untuk memelihara keseimbangan.

C. Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Teknik Tolak Peluru

Cara memegang Awalan Gerakan Tolakan Sikap badan saat menolak
Ketentuan diskualifikasi/kegagalan peserta tolak peluru :
 Menyentuh balok batas sebelah atas
 Menyentuh tanah di luar lingkaran
 Keluar masuk lingkaran dari muka garis tengah
 Dipangil selama 3 menit belum menolak
 Peluru di taruh di belakang kepala
 Peluru jatuh di luar sektor lingkaran
 Menginjak garis lingkar lapangan
 Keluar lewat depan garis lingkar
 Keluar lingkaran tidak dengan berjalan tenang
 Peserta gagal melempar sudah 3 kali lemparan
Beberapa hal yang disarankan :
1. Bawalah tungkai kiri merendah
2. Dapatkan keseimbangan gerak dari kedia tungkai, dengan tungkai kiri memimpin di belekang
3. Menjaga agar bagian atas badan tetap rileks ketika bagian bawah bergerak
4. Hasilkan rangkaian gerak yang cepat dan jauh peda tungkai kanan
5. Putar kaki kanan ke arah dalam sewaktu melakukan luncuran
6. Pertahankan pinggul kiri dan bahu menghadap ke belakang selama mungkin
7. Bawalah tangan kiri dalam sebuah posisi mendekati badan
8. Tahanlah sekuat-kuatnya dengan tungkai kiri
Beberapa hal yang harus dihindari :
1. Tidak memiliki keseimbanagn dalam sikap permulaan
2. Melakukan lompatan ketika meluncur dengan kaki kanan
3. Mengangkat badan tinggi ketika melakukan luncuran
4. Tidak cukup jauh menarik kaki kanan di bawah badan
5. Mendarat dengan kaki kanan menghadap ke belakang
6. Menggerakkan tungkai kiri terlalu banyak ke samping
7. Terlalu awal membuka badan
8. Mendarat dengan badan menghadap ke samping atau ke depan

D. Peralatan
Alat yang digunakan :
1. Rol Meter
2. Bendera Kecil
3. Kapur / Tali Rafia
4. Peluru
a) Untuk senior putra = 7.257 kg
b) Untuk senior putri = 4 kg
c) Untuk yunior putra = 5 kg
d) Untuk yunior putri = 3 kg
5. Obrient : gaya membelakangi arah tolakan
6. Ortodox : gaya menyamping

E. Lapangan Tolak Peluru

Konstruksi :
 Lingkaran tolak peluru harus dibuat dari besi, baja ata bahan lain yang cocok yang dilengkungkan, bagian atasnya harus rata dengan permukaan tanah luarnya. Bagian dalam lingkaran tolak dibuat dari emen , aspal atau bahan lain yang padat tetapi tidak licin. Permukaan dalam lingkaran tolak harus datar anatara 20 mm sampai 6 mm lebih rendah dari bibir atas lingkaran besi.
 Garis lebar 5 cm harus dibuat di atas lingkaran besi menjulur sepanjang 0.75 m pada kanan kiri lingkaran garis ini dibuat dari cat atau kayu.
 Diameter bagian dalam lingkaran tolak adalah 2,135 m. Tebal besi lingkaran tolak minimum 6 mm dan harus di cat putih.
 Balok penahan dibuat dari kayu atau bahan lain yang sesuai dalam sebuah busur/lengkungan sehingga tepi dalam berhimpit dengan tepi dalam lingkaran tolak, sehingga lebih kokoh.
 Lebar balok 11,2-30 cm, panjangnya 1,21-1,23 m di dalam, tebal 9,8-10,2 cm.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dari atas, maka dapat kami simpulkan:
1. Tolak peluru adalah salah satu cabang olahraga atletik yang termasuk dalam nomor lempar
2. Ada tiga tekhnik dalam memainkan olahraga tolak peluru yaitu Teknik Memegang Peluru, Teknik Meletakkan Peluru Pada Bahu, dan Teknik Menolak Peluru
3. Alat yang digunakan yaitu Rol Meter, Bendera Kecil, Kapur / Tali Rafia, Peluru, Obrient, Ortodox.
4. Ada beberapa yang diperhatikan dalam permainan tolak peluru, seperti yang sudah dipaparkan diatas.
5. Lapangan tolak peluru berbentuk lingkaran berdiameter 2,135 m. Lingkaran tolak peluru harus dibuat dari besi, baja atau bahan lain yang cocok dilengkungkan, bagian atasnya harus rata dengan permukaan tanah luarnya. Bagian dalam lingkaran tolak dibuat dari semen, aspal atau bahan lain yang padat tetapi tidak licin. Permukaan dalam lingkaran tolak harus datar antara 20 mm-6 mm lebih rendah dari bibir atas lingkaran besi. Garis lebar 5 cm harus dibuat di atas lingkaran besi menjulur sepanjang 0,75 m pada kanan kiri lingkaran garis ini dibuat dari cat atau kayu. Diameter bagian dalam lingkaran tolak adalah 2,135 m. Tebal besi lingkaran tolak minimum 6 mm dan harus dicat putih. Balok penahan dibuat dari kayu atau bahan lain yang sesuai dalam sebuah busur/lengkungan sehingga tepi dalam berhimpit dengan tepi dalam lingkaran tolak, sehingga lebih kokoh. Lebar balok 11,2-30 cm, panjangnya 1,21-1,23 m di dalam, tebal 9,8-10,2 cm.

C. Saran
Supaya pertumbuhan dan perkembangan olahraga tolak peluru berjalan dengan normal, maka sebagai olahragawan, harus memotivasi dan merangsang masyarakat umum ( masyarakat/siswa ) dalam pertumbuhan dan perkembangan untuk mencintai olahraga supaya keingintahuan tentang dunia olahraga bertambah dan generasi yang akan datang lebih optimal dalam bidang olahraga sehingga dalam era globalisasi ini bangsa kita tidak tertinggal perkembangannya dalam berbagai bidang terutama dalam bidang olahraga.

DAFTAR PUSTAKA

Aip Syarifuddin. 1992. Atletik. Jakarta : Depdikbud.
Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992/1993. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Depdikbud.

Carr, Gerry. 2000. Atletik (Edisi Terjemahan). Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Depdikbud. 2004. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi SD dan MI. Jakarta: Dharma Bhakti.

www.kaskus.us/showthread.php?t=3544765
http://blog.2menit.com/2010/06/shotput-tolak-peluru.html
http://Layla-innocent.blogspot.com