BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Lempar
adalah salah satu bagian yang terdapat dalam olahraga atletik yang
selalu diperlombakan. Baik dalam penyelenggaraan pesta-pesta olahraga
yang bersifat nasional, internasional maupun dalam kejuaraan atletik itu
sendiri. Dalam cabang olahraga atletik, istilah yang digunakan untuk
setiap cabang olahraga disebut "nomor". Seperti nomor jalan dan lari,
lompat dan lempar.
Nomor
lempar merupakan salahsatu nomor yang telah diperlombakan sejak
berlangsungnya olimpiade kuno di yunani. Kira-kira 779 sebelum masehi
yaitu untuk nomor lempar cakram dan lempar lembing. Lempar atau melempar
adalah merupakan salahsatu dari aktifitas pengembangan kemampuan gaya
gerakan. Yaitu untuk melakukan suatu bentuk gerakan dengan anggota
geraknya secara lebih terampil (manipulasi) atau saring juga dikatakan
dengan ketrampilan manipulatif.
Untuk
dapat melakukan suatu lemparan yang diinginkan, untuk meningkatkan
prestasi optimal, si pelempar dan pelatih terlebih dahulu harus memahamu
dan menguasai unsur-unsur pokok (basic fundamentalis)nya untuk nomor
lempar tersebut. Yang dimaksud dengan unsur-unsur pokok adalah :
· Harus dapat membangun body momentum yang sebenarnya.
· Harus
dapat mengembangkan momentum-momentum tersebut dengan tenaga badan yang
sebesar-besarnya melalui suatu jarak waktu maksimum pada lintasan titik
berat badan yang seproduktif mungkin.
Karena
kecepatan suatu alat yang dilemparkan atau ditolakan ditentukan oleh
jarak antara titik permulaan dan titik pelepasan dari alat yang
dilemparkan atau ditolakan tersebut sejauh-jauhnya dengan waktu yang
sesingkat-singkatnya ( Hukun Newton II ).
Nomor lempar dibagi menjadi 4 yaitu :
· Tolak peluru (shot put)
· Lempar lembing (javelin throw)
· Lempar cakram (discus throw)
· Lontar martil (hammer throw)
Lempar
lembing merupakan olahraga perorangan yang termasuk nomor lempar dalam
atletik. Tujuan melakukan lomba lempar lembing adalah dapat melakukan
lemparan sejauh-jauhnya. Agar dapat melakukan lemparan dengan benar dan
menghasilkan lemparan yang sejauh mungkin maka harus menguasai
teknik-teknik dasarnya terlebih dahulu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, penulis dapat mengidentifikasi beberapa masalah, diantaranya:
1. Bagaimana sejarah lempar lembing?
2. Bagaimana teknik lempar lembing yang baik dan benar?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sejarah Lempar Lembing
Di
zaman dahulu lemparan dilakukan dengan berbagai cara: dari berdiri,
dengan ancang-ancang, dengan satu dan dua tangan, terhadap suatu sasaran
dan demi jaraknya. Dari lembing ringan untuk berburu pada bangsa-bangsa
yang masih primitive, tombak berat untuk berperang diseluruh dunia, dan
lembing dari Abad Pertengahan selama berabad-abad, terbentuklah lembing
untuk perlombaan seperti sekarang. Lembing lama dari kayu dengan ujung
dari besi dan sosok untuk membawa, diganti dengan kayu ringan dari
Swedia, dan ini terdesak lagi oleh lembing modern dari logam dan serat
kaca (fiberglass).
Selama
berpuluh tahun lempar lembing dijuarai oleh para pelempar dari
Finlandia. Dari 1914 sampai 1938 rekor dunia hamper hanya diperbaiki
oleh atlet Finlandia, keseluruhannya dengan lebih dari 16 meter. Contoh
yang baik dalam tradisi lempar lembing Finlandia ialah keluarga
Jarvinen: Papa Jarvinen dalam Olimpiade tahun 1908 menjadi juara ketiga
dalam lempar cakram, dan antara 1903 dan 1906 dua kali memperbaiki rekor
dunia. Kemudian sebagai pelatih ia membawa tiga orang dari anak-anaknya
sampai ke puncak prestasi. Anak bungsunya, Kalle, menjadi juara
Finlandia dalam tolak peluru. Achilles menjadi juara dunia dan pemenang
medali perak dalam dasalomba; dan Matti, yang tertua, antara 1930 dan
1936 memperbaiki rekor dunia dalam lempar lembing dari 71,57 menjadi
77,32 meter. Pada tahun 1932 ia menjadi juara Olimpiade di Los Angeles.
Lempar
lembing diikutsertakan dalam peserta olimpiade sejak tahun 1908 sebagai
nomor perorangan untuk putra dan putri, sekarang nomor ini dimasukkan
dalam dasalomba dan sapta lomba. Dua perkembangan telah mempengaruhi
pelaksanaan lempar lembing. Yang pertama adalah usaha untuk menggunakan
putaran jenis cakram untuk melempar. Walaupun metode ini menghasilkan
jarak yang baik, namun seringkali tidak diperbolehkan, peraturan
melarang atlet membelakangi arah lemparan. Dengan demikian, peraturan
ini telah memantapkan jenis lempar lembing tradisional.
Perkembangan
kedua dihasilkan dari peningkatan jarak yang luar biasa (melebihi 100
meter) pada lemparan putra. Pembuat peraturan yang khawatir seringkali
mengubah ukuran lembing, dan secara perlahan mengurangi jarak lemparan
lembing putra. Tidak ada perubahan pada nomor putri.
Pada
tahun 1953 terjadi kehebohan besar di antara para pelempar lembing
kaliber dunia. Seorang spanyol yang sama sekali tidak terkenal, bernama
Erazquien, telah melempar lembing lebih dari 90 meter, pada waktu itu
suatu jarak impian. Suatu teknik baru memungkinkan pelempar lembing
tersebut dapat mencapai lemparan sejauh itu. Alih-alih ancang-ancang
lurus seperti biasa, Erazquien berputar tiga kali dan melemparkan
lembingnya dengan sabun lunak untuk memperbaiki daya luncurnya.
Tetapi,
“teknik spanyol” yang baru itu segera oleh IAAF (Federasi Atletik
Amatir Internasional) dilarang karena pelempar tidak selalu dapat
mengontrol lembingnya, dan karenanya membahayakan penonton. Selain itu,
tentunya juga harus disediakan stadion-stadion baru, sebab dengan teknik
baru itu dapat diharapkan lemparan sampai sejauh 130 meter. Atlet
Hongaria, Ferenc Faragi, pada rekor dunianya tahun 1980 berhasil
melemparkan lembingnya sejauh 96,72 meter, suatu kemajuan hebta terhadap
rekor-rekor pertama setelah lembing dibakukan dengan panjang 2,60 m dan
berat 800 gram.
B. Teknik Lempar Lembing
Sudah
pada permulaan abad ini diketahui bahwa ancang-ancang, memegang lembing
kebelakang, dan langkah penghubung, membawa pelempar ke dalam posisi
menguntungkan. Langkah penghubung antara ancang-ancang dan lemparan,
yang disebut langkah pendorong (yang dulu masih disebut langkah silang),
dikembangkan oleh orang Swedia dan Finlandia. Langka itu menguntungkan
bagi kecepatan dan pelempar sampai dengan tungkai dan pingganganya
sebelum lembing. Dalam pada itu, sisi lemparnya dengan lengan
terentangnya secara kendur, jauh ketinggalan. Prinsip dasar teknik ini
masih memberikan peluang bagi variasi perseorangan. Walaupun demikian,
pada teknik lempar lembing modern tidak banyak berubah. Hanya pada
persiapan lemparan dengan lengan lempar, tegangan tubuh, dan
ancang-ancang terdapat perbedaan antara teknik caliber dunia sekarang
dan teknik 50 tahun lalu. Maka itu, kemajuan prestasi yang eksplosif
juga bukan karena perbaikan teknik, melainkan karena kondisi pelempar
dan perkembangan materialnya.
1. Cara memegang lembing
Lembing
dipegang di sisi belakang lilitan. Dengan itu dimungkinkan pengalihan
tenaga yang menguntungkandibelakang titik berat; selain itu, jari
mempunyai tempat pegangan lebih baik. Dibedakan tiga macam pegangan
lembing:
1. Cara Finlandia
dilakukan dengan cara memegang lembing pada bagian belakang lilitan
lembing dengan jari tengah dan ibu jari, sementara telunjuk berada
sepanjang batang lembing dan agak serong ke arah yang wajar, jari-jari
lainnya turut melingkar di badan lembing dengan longgar. Ini adalah pegangan yang paling banyak digunakan, sebab dengan pegangan demikian lembing dapat diarahkan dengan baik.
2. Cara Amerika
dilakukan dengan cara memegang lembing dibagian belakang lilitan
lembing dengan jari telunjuk melingkar di belakang lilitan dan ibu jari
menekannya di bagian permukaan yang lain, sementara itu jari-jari turut
melingkar di badan lembing dengan longgar. Dengan pegangan ini, pada waktu pelemparan dapat cepat terjadi penyimpangan lembing ke samping, yang sudah tentu merupakan kesalahan.
3. Pada yang disebut “pegangan tang”,
lembing dipegang di antara telunjuk dan jari tengah (foto 4). Dengan
pegangan ini dicegah terjadinya luka pada siku, karena pelencangan
terlalu besar pada sendi itu menjadi terhalang (“pegangan kesehatan”).
Tetapi lilitan tipis seperti yang diharuskan, sering menyebabkan masalah
pada waktu pelemparan.
2. Cara membawa lembing
Membawa lembing adalah cara membawa dimulai saat mengambil awalan sampai saat akan melempar.
· Tangan
pembawa lembing lurus ke belakang serong ke bawah, lembing dipegang di
samping badan segaris dan menempel pada lengan sedangkan ujung lembing
di samping dada.
· Tangan pembawa lembing ditekuk 900 , lembing dipegang setinggi telinga dan tepat di atas bahu. Posisi lembing bisa horizontal, serong ke atas atau bawah.
· Tangan pembawa lembing diangkat sedikit lebih tinggi dari kepala. Posisi lembing mendatar atau serong.
3. Beberapa hal yang harus di perhatikan dalam lempar lembing
Beberapa Hal Yang di Sarankan
· Memegang lembing sepanjang jalur lengan
· Melebarkan langkah terakhir dan membengkokkan secara perlahan-lahan tungkai kanan
· Berlari lurus selama melakukan awalan
· Bawalah berat badan melewati tungkai belakang
· Dapatkan sebuah pilihan antara tubuh bagian atas dan bagian bawah (bahu kiri dalam posisi tertutup)
· Luruskan lengan lempar dan telapak tangan lempar dalam posisi menghadap keatas
· Langkahkan tungkai kiri jauh ke depan dan cakarkan
· Busungkan badan dalam posisi lempar dan bawalah sikut keatas sewaktu melakukan lemparan.
Beberapa Hal Yang Harus di Hindari
· Memegang lembing dengan kepalan tangan penuh (menggenggam)
· Meloncat ke atas pada langkah terakhir
· Melakukan dua kali atau lebih langkah silang
· Membawa ke dua bahu menghadap kedepan
· Pinggul di tekuk sehingga badan membungkuk ke depan
· Membengkokkan lengan lempar pada saat mulai melakukan lemparan
· Penempatan kaki depan di tanah terlalu jauh ke kiri
· Melempar berputar melalui samping kanan badan
4. Gaya melempar Lembing
Untuk
melakukan suatu lemparan diperlikan gaya, yang dimaksud dengan gaya
adalah sikap atlet dalam melakukan lemparan. Dalam lempar lembing
dikenal dua macam gaya melempar, yaitu :
a. gaya menyamping (Hop step)
b. gaya langkah silang (cross step)
Ø Langkah silang (cross step) sebelum melempar
Langkah
silang merupakan gaya lempar lembing yang sering digunakan oleh atlet
pelempar lembing. Gaya cross step ini berasal dari Finlandia sehingga
banyak yang menyebut dengan lempar lembing gaya Finlandia. Cara lempar
lembing gaya Finlandia adalah sebagai berikut, setelah langkah awalan
terakhir lakukan langkah silang :
a. langkahkan
kaki kanan ke depan menyilang kaki kiri. Bersamaan itu tangan kanan
memegang lembing kemudian turunkan dan serong ke bawah.
b. Langkahkan kaki kiri ke depan dengan tetap mempertahankan sikap tangan kanan.
c. Lankahkan kaki kanan ke depan menyilang kaki kiri.
d. Lankahkan
kaki kiri ke depan selebar mingkin saat telapak kaki tepat menginjak
tanah, putar pinggan ke depan bersamaan tangan kanan ditarik ke depan
atas.
Ø Lentingan badan dan tangan saat melempar
Cara melakukannya adalah :
a. Sikap terakhir langkah silang merupakan kelanjutan untuk lempar atau sikap melempar.
b. Jika pelempar menggunakan tangan kanan, kaki kanan di luruskan ke belakang, kaki kiri berada di depan dan lutut ditekuk.
c. Siku
tangan pembawa lembing ditekuk dan diteruskan memutar badan secara
cepat untuk memperoleh lemparan yang baik dan sejauh-jauhnya.
d. Bersamaan dengan memutar badan ke arah sektor lemparan, lembing dilemparkan dengan cepat.
Ø Sikap akhir setelah melempar
Gerak ikutan atau follow through dilakukan dengn cara :
· Sikap badan menghadap ke arah lemparan lembing, kaki kanan jatuh ke depan mengganti posisi kiri.
· Kaki kiri ke belakang menjaga keseimbangan sedangkan tubuh condong ke depan.
Melakukan gerak ikutan dalam lempar lembing bertujuan untuk :
· membantu kekuatan lemparan.
· Menjaga keseimbangan agar badan tidak melalui garis batas.
Ø Ukuran dan Lapangan Lempar Lembing
Ukuran Lembing
No
|
Atlet
|
Panjang
|
Berat
|
Lilitan
|
1
|
Putra
|
260 cm - 270 cm
|
700 gram - 800 gram
|
15 cm - 16 cm
|
2
|
Putri
|
220 cm - 230 cm
|
600 gram
|
14 cm - 15 cm
|
Lapangan Lempar Lembing
Keterangan
Ø Lebar awalan = 4 m
Ø Panjang awalan = 30 m - 36,5 m
Ø BC merupakan busur, jari-jari AB=AC=8 m
Ø Lebar garis lurus sisi kanan dan kiri = 11/2 m
Ø Lebar garis lempar = 7 m
DAFTAR PUSTAKA
Jonath, U. (1988). Atletik 2 – Lempar dan Lomba Ganda. Jakarta. PT. Rosda Jaya Putra Offset.
Gerry A. Carr. (1997). Atletik Untuk Sekolah. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
http://media.tumblr.com/tumblr_kuoun2vg0O1qa76ha.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar